Archive

Archive for August 13, 2008

Adab-Adab Berpuasa

August 13, 2008 1 comment

Dianjurkan bagi orang yang akan melaksanakan ibadah puasa untuk memperhatikan adab-adab berikut ini :

A. Sahur
Dari Anas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bersahurlah ; karena di dalam santap sahur itu terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari IV: 139 no:139 no:1923, Muslim II : 770 no:1095, Tirmidzi II: 106 no: 703, Nasa’i  IV:141 dan Ibnu Majah I: 540 no:1690).

Sahur, dianggap sudah terealisir, walaupun, berdasar hadits dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa Rasulullah saw.  bersabda, “Bersahurlah, walaupun sekedar setegukan. “(Shahi: Sahihul Jami’us no:2945 dan Sahih Ibnu Hibban VIII : 224 no:884).

Dianjurkan  mengakhirkan  santap sahur, sebagaimana ditegaskan dalam hadits, dari Anas dari Zaid bin Babit r.a. ia berkata: Kami pernah bersantap sahur bersama Nabi saw. , kemudian beliau mengerjakan shalat, lalu aku bertanya (kepada Beliau), “Berapa lama antara waktu adzan dengan waktu sahur?” Jawab Beliau, “Sekedar membaca lima puluh ayat. “(Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari IV: 138 no 1921, Muslim II : 771 no:1097, Tirmidzi II: 104 no: 699, Nasa’i IV: 143 dan Ibnu Majah I:540 no:1694).

Apabila kita mendengar suara adzan, sementara makanan atau minuman berada di tangan, maka makanlah atau minumlah. Ini mengacu pada hadits, dari Abu Hurairah r.a. bawah Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang diantara kamu mendengar suara adzan (shubuh), sedangkan bejana berada ditangannya, maka janganlah ia meletakkannya (lagi) hingga ia memenuhi kebutuhannya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 607,’Aunul Ma’bud VI:475 no:2333, Mustadrak Hakim I :426).

B. Menahan diri agar  tidak  melakukan  perbuatan  yang  sia-sia,  perkataan  kotor dan  semisalnya  yang termasuk hal-hal yang bertentangan dengan ma’na puasa
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang diantara kamu bepuasa, maka janganlah mengeluarkan perkataan kotor, jangan berteriak-teriak dan jangan pula melakukan perbuatan jahiliyah; jika ia dicela atau disakiti oleh orang lain, maka katakan, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa,” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV:118 no:1904, Muslim II:807 no:163 dan 1151, dan Nasa’i IV:163).

Dari (Abu Hurairah) r.a. bawah Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan pelaksananya, maka tidak ada gunanya ia meninggalkan makan dan minumnya.” (Shahih: Mukhtashar Bukhari no:921), Fathul Bari IV:116 no:1903, ‘Aunul Ma’bud VI: 488 no:2345, Tirmidzi II:105 no:702).

C. Rajin melaksanakan berbagai kebajikan dan tadarus al-Qur’an
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Adalah Nabi saw. orang yang paling dermawan dalam hal kebajikan, lebih dermawan lagi manakal Beliau berada dalam bulan Ramadhan ketika bertemu dengan (malaikat) Jibril. (Malaikat Jibril’alaihisalam bertemu dengan beliau setiap malam pada bulan Ramadhan sampai akhir bulan, Nabi saw. membaca al-Qur’an di hadapannya. Maka apabila Beliau bertemu dengan (Jibril) beliau menjadi orang yang lebih dermawan dalam hal kebaikan daripada angin kencang yang dikirim.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV:30 no:6, dan Muslim II: 1803 no: 2308).

D.
Segera Berbuka
Dari Sahl bin Sa’ad r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang-orang (umat Islam) senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV:198 no:1957, Muslim II: 771 no: 1098 dan Tirmidzi II:103 no:695).

E. Berbuka seadanya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut  ini:
Dari Anas r.a. ia berkata, “Adalah Rasulullah saw. biasa berbuka dengan beberapa biji ruthab (kurma masak yang belum jadi tamr) sebelum shalat maghrib; jika tidak ada (juga), maka Beliau minum beberapa teguk air.” (Hasan Sahihi: Shahih Abu Daud no:2065, ‘Aunul Ma’bud VI:481 no:2339 dan Tirmidzi II:102 no:692).

F. Membaca do’a ketika akan berbuka sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut :
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, “Adalah Rasulullah saw. apabila akan berbuka mengucapkan,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ الل

DZAHABA ZHAMA-U WABTALLATIL ‘URUUKU, WA TSABATAL AJRU INSYAA-ALLAH

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, insya Allah”.


Categories: Religius

Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan

August 13, 2008 Leave a comment

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang berlimpah pahala, seperti digambarkan dalam Alquran yang diturunkan sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia, di dalamnya juga terdapat malam yang memiliki nilai lebih baik dari pada seribu bulan, Lailatul Qadr (QS. Al Qadar:3). Selama Bulan Ramadhan, seluruh umat Muslimin di dunia menjalankan perintah puasa, sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, atas segala rahmat yang telah diberikan-Nya pada mereka.

Dalam Surat Al-Baqarah, Allah menyatakan perihal Bulan Ramadhan sebagai berikut:

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya berpusa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Baqarah [2]: 185)

Menunaikan kewajiban berpuasa untuk mencapai ridha Allah adalah suatu bukti keimanan yang kuat, kesucian jiwa, keikhlashan hati, dan rasa takut kepada Allah. Puasa adalah suatu bentuk penyembahan khusus antara hamba dan Allah sebagai Tuhannya, karena hanya Allah yang mengetahui ‘azam/niat seseorang, keikhlashan, kemurnian dan perhatiannya atas amalan yang halal dan yang haram, termasuk ketika seseorang menunaikan kewajiban ini. Tak seorangpun mengetahui apakah seseorang berpuasa untuk memberi kesan kepada orang-orang sekitarnya ataukah untuk maksud lain di luar tujuan suci yang utama. Orang yang berpuasa diberi imbalan sebagai amalan sesuai dengan apa yang ada dalam pandangan Allah.

Rasulullah memberi berita yang menggembirakan kepada umatnya dalam sebuah hadits: Sungguh! kebahagiaanlah bagi orang-orang yang melalui bulan (Ramadhan) ini dengan berpuasa, beribadah, dan melakukan amal kebaikan (amal sholeh)!

Allah menyampaikan kewajiban berpuasa ini dalam Alquran Surat Al Baqarah:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah [2]: 183)

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, salah satu alasan mengapa puasa diwajibkan adalah agar manusia bertakwa dan mampu menahan hawa nafsunya. Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah percaya (beriman) kepada Allah dengan hati tulus, mematuhi segala perintahnya dan menjauhi godaan hawa nafsunya. Dengan demikian, moralitas seseorang akan tumbuh baik seiring dengan waktu, keimanannya semakin mendalam, dan ketakutannya pada Allah makin kokoh.

Akan tetapi, satu hal penting bahwa keimanan yang suci, do’a yang tulus, dzikir pada Allah dan keinginan untuk mengekang hawa nafsu seharusnya tidak surut dengan berakhirnya bulan puasa. Seseorang dengan keimanan yang teguh memancarkan moralitas/semangat Ramadhan bahkan setiap saat dalam hidupnya. Allah telah membuat kewajiban berpuasa hanya pada saat tertentu, dan memerintahkan manusia untuk menjauhi hal yang terlarang/salah. Manusia harus menjauhi hal-hal terlarang sepanjang hidupnya, mendengarkan suara hati nurani, berusaha mendapatkan keridhaan Allah dan kembali hanya kepada-Nya. Inilah moralitas yang disenangi oleh Allah. Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan ibadah, doa dan dzikir pada Allah selama Bulan Ramadhan, dan menjauhi kebenaran yang tercantum dalam Alquran, sesaat setelah Bulan Suci ini berlalu, merupakan perbuatan yang dimurkai Allah. Hal ini dikarenakan pada Hari Pengadilan setiap orang akan diminta untuk menghitung seluruh amal perbuatannya, besar atau kecil, dan akan diganjar dengan ganjaran yang setimpal.

Categories: Religius

MENYAMBUT RAMADHAN

August 13, 2008 Leave a comment

“Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh
keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Didalam bulan
Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam
itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan.”

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan penghulu segala bulan, maka “Selamat datanglah” kepadanya.”

Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan qiam dimalam harinya suatu tatawwu’.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yang menunaikan sesuatu fardhu didalam bulan yang lainnya. Barangsiapa menunaikan sesuatu fardhu dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu dibulan lainnya. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertulungan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin didalamnya.

Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara dibulan Ramadhan.

Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya.

(H.R.Ibnu Khuzaimah)


Categories: Religius